Kuliah Tamu Pengolahan Sampah Biologis

Masalah sampah merupakan salah satu masalah yang paling penting dan mendesak untuk ditanggulangi. Sampah yang terus menumpuk terutama di kawasan perkotaan telah menimbulkan berbagai masalah, termasuk polusi dan kebakaran. Di sisi lain, sampah mengandung potensi untuk dimanfaatkan. Karena itu, dalam rangka menambah wawasan dosen dan mahasiswa dalam hal pengolahan limbah padat organik, pada tanggal 8 November 2023 Prodi Teknik Lingkungan hendak melaksanakan program Kuliah Tamu untuk topik Pengolahan Sampah Biologis. Kuliah tamu ini menghadirkan Bapak Dr. Sri Wahyono, S.Si, M.Si sebagai narasumber. Beliau adalah seorang pakar persampahan dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih,  Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kuliah tamu ini dilaksanakan secara hibrida. Narasumber hadir secara daring, sedangkan para mahasiswa hadir secara luring di Auditorium Fakultas Teknik Universitas Jember.

Kuliah tamu ini dimulai dengan pembukaan oleh MC yaitu Zhanneta Allycia (mahasiswi Teknik Lingkungan angkatan 2022). Selanjutnya hadirin bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah itu, moderator yaitu Ibu Dr. Ir. Yeny Dhokhikah memperkenalkan narasumber yaitu Dr. Sri Wahyono, S.Si, M.Si. Selanjutnya Pak Sri Wahyono memulai presentasi beliau.

Presentasi beliau berjudul Pengolahan Sampah Organik Secara Biologis: Peluang dan Tantangan. Beliau menjelaskan tiga topik, yaitu:

  1. Sampah dan dampaknya terhadap lingkungan
  2. Jumlah, komposisi, dan karakteristik sampah, dan
  3. Hubungan antara karakteristik dan teknologi pengolahan sampah organik.

Mengenai topik jumlah sampah dan dampaknya, Pak Sri Wahyono menjelaskan bahwa sampah organik yang dihasilkan di Indonesia jumlahnya sangat besar. Apabila diasumsikan bahwa 53,7% sampah Indonesia adalah organik, maka sampah organik yang dihasilkan di Indonesia mencapai sekitar 34,3 juta ton per tahun.  Apabila sampah organik yang besar ini tidak terolah dengan baik, maka dapat menimbulkan bau busuk, menjadi sarang vektor penyakit menular (lalat, nyamuk, tikus, dsb), menimbulkan lindi yang mencemari air dan tanah, mengotori sampah lain yang akan didaur ulang, menyumbang gas metana, dan bahkan dapat menimbulkan kebakaran. Pak Sri Wahyono menyebutkan terjadinya banyak kebakaran di lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), misalnya TPA Bandung Raya (15 ha) dan TPA Rawa Kucing Tangerang.

Pak Sri Wahyono menjelaskan bahwa sampah organik terdiri atas sampah kulit buah/sayuran lunak,  sisa makanan lunak, kulit biji/buah keras, tulang, daun/rumput, dan ranting/kayu. Berdasarkan karakteristiknya, sampah makanan dapat dikategorikan berdasarkan kandungan nutrisi, kadar air, tingkat terurai, potensi membusuk, potensi sarang lalat, kandungan selulosa, dan tingkat kekerasan.

Karakteristik sampah ini berhubungan dengan jenis teknologi yang dapat dipilih untuk pengolahannya. Pak Sri Wahyono menyebutkan pentingnya pemilahan sebelum pengolahan. “Pemilahan adalah golden key. Sebelum sampah dipilah, itu nyaris tidak bisa diolah dengan baik, apapun teknologinya”. Beliau lalu menjelaskan beberapa teknologi pengolahan sampah organik, yaitu sebagai berikut.

  1. Composting, yang bersifat aerobik dan akhirnya menghasilkan kompos.
  2. Biodrying, yang juga bersifat aerobik dan menghasilkan fluff atau pellet sehingga menjadi RDF (Refuse-Derived Fuel)
  3. Anaerobic Digestion, yang bersifat anaerobik dan akhirnya menghasilkan biogas atau pupuk cair.
  4. Biomass conversion, misalnya dengan cacing atau maggot, yang kemudian dapat digunakan sebagai pakan ternak.

 

Sampah yang cocok untuk kompos adalah sampah taman dan sampah pertanian. Sampah yang cocok untuk maggot adalah sisa makanan. Pak Sri Wahyono lalu memberi penjelasan singkat mengenai composting. Beliau jelaskan adanya fase aktif selama 2 minggu dan fase pasif selama 2-4 minggu.  Standar kualitas kompos terdapat dalam SNI No. 19-7030-2004. Kualitas pupuk organik diatur dalam Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009.

Beliau juga menjelaskan biodrying.  Teknologi ini memerlukan proses selama 2-3 minggu. Proses ini bersifat aerobik dan di dalamnya terdapat tahap pencacahan dan pengayakan. Kementerian Perindustrian telah menerbitkan pedoman spesifikasi teknis RDF. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga telah menerbitkan pedoman pemanfaatan sampah untuk RDF.

Pak Sri Wahyono juga menjelaskan BSF (Black-Soldier Fly) yang merupakan lalat Hermitia illucens. Lalat ini menjadi pupa lalu menetas, lalu belajar terbang, kawin, bertelur, lalu mati. Telur-telur itulah yang kemudian ditetaskan menjadi bayi maggot yang diberi makan sampah makanan yang sudah dibentuk menjadi bubur. Larva BSF mampu mampu mengurangi massa sampah organik hingga 45% massa sampah. BSF prosesnya lebih cepat daripada composting.

Selain menjelaskan berbagai teknologi tersebut, Pak Sri Wahyono juga menjelaskan alternatif lain pengolahan sampah yaitu lubang resapan biopori dan komposter semi-aerobik. Beliau juga menjelaskan pengolahan sampah berdasarkan skalanya, yaitu skala rumahan, skala kawasan, dan skala besar.

Dalam sesi tanya jawab, pertanyaan diajukan oleh Pak Abdur Rohman, dosen di prodi Teknik Lingkungan UNEJ. Beliau menanyakan teknologi pemilahan sampah dan apakah sudah ada metode yang secara ekonomi sejak awal sampai akhir betul-betul sustainable. Juga ada pertanyaan dari Alvian Sahal Mahfudz, mahasiswa Teknik Lingkungan, mengenai penggunaan sampah plastik. Ada juga pertanyaan dari Kresna Wijaya Kusuma, mahasiswa Teknik Lingkungan, mengenai maggot dan penilaian Pak Sri Wahyono terhadap kualitas pengelolaan sampah di Indonesia. Pertanyaan selanjutnya diajukan oleh Ibu Yeny Dhokhikah mengenai penggembalaan ternak di TPA yang sudah dilakukan di Jogja.

Sebanyak 43 orang mahasiswa menghadiri kuliah tamu ini di Auditorium Fakultas Teknik Universitas Jember (presensi terlampir). Rekaman presentasi Dr. Sri Wahyono ini telah dipublikasikan di kanal Youtube Prodi Teknik Lingkungan sebagaimana dapat dilihat di bawah ini.

Posted on: December 4, 2023, by :