Ketika Para Sociopreneur Bank Sampah Berbagi Cerita

Pada tanggal 25 Oktober 2020 lalu Himpunan Mahasiswa Sipil menggelar acara Webinar mengenai Bank Sampah. Panitia acara ini seluruhnya adalah para mahasiswa Teknik Lingkungan yang merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Sipil. Webinar ini membahas konsep Bank Sampah secara umum yang ada di Indonesia.

Acara ini menghadirkan dua orang narasumber. Narasumber pertama yaitu Ibu Wilda Yanti yang merupakan CEO PT. Xaviera Global Synergy dan merupakan Direktur Bank sampah Taman Ismail Marzuki di DKI Jakarta. Narasumber kedua  yaitu Bapak M. Musta’anul Husni selaku President Director Imaji Sociopreneur yang berpusat di Jember.  Ibu Wilda Yanti menyampaikan pengalaman beliau mengelola bank sampah, dan Bapak Musta’anul Husni membicarakan pergerakan Pengelolaan Sampah, utamanya di Kabupaten Jember. 

Bank Sampah

Merasa tertantang dalam menghadapi persoalan sampah menjadi motivasi dari Ibu Wilda yanti untuk melakukan pengolahan sampah. Beliau menjelaskan bahwa tahapan awal dalam melakukan program bank sampah ini adalah dengan melakukan proses pemilahan sampah. Sederhananya adalah pemilahan sampah organik dan anorganik. Klasifikasi pengolahan ini sangat sederhana.  Sampah anorganik dikumpulkan dengan sampah organik, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan lalu dijual. Sampah organik diolah dengan metode gentong kompos organik. Kompos yang dihasilkan juga dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman yang ada di sekitar rumah. Tanaman yang ditanam pun beragam jenisnya seperti tomat,cabai,bawang,kangkung, dan lain-lain. 

Beliau menyampaikan bahwa pengolahan sampah bisa dilakukan di manapun. Pasar bisa menjadi tempat pengolahan. Rumah pun bisa menjadi tempat pengolahan. Hanya  saja, tidak semua orang memiliki kemauan untuk melakukan pengolahan sampah. Sumber sampah menjadi kunci gerakan pengendalian sampah. Pengendalian sampah dapat diatasi dengan kegiatan pelayanan 100% pada sumber timbulan yang berarti pelayanan 100% harus digalakkan pada lingkungan desa atau rumah tangga sebagai penyumbang sampah terbesar. 

Dasar pengelolaan sampah ada 5 aspek atau basic power. Dasar-dasar ini meliputi : 

  1. Education atau pendidikan 
  2. Kepedulian lingkungan 
  3. Jiwa kepedulian sosial 
  4. Gerakan ekonomi atau aspek pembiayaan 
  5. Kesehatan lingkungan 

Target terbesar saat melakukan pengelolaan sampah adalah pengurangan sampah. Cara mengurangi sampah adalah dengan mengajak semua orang untuk menerapkan kehidupan Zero Waste. Konsep ini menerapkan hal yang tidak terlalu perlu lebih baik digantikan dengan hal lain yang lebih ramah lingkungan. Pemilahan sampah menjadi kunci utama dalam pengolahan sampah kemudian guna ulang dan daur ulang dan yang terakhir menabung sampah melalui bank sampah. 

Bank sampah merupakan suatu gerakan yang dilakukan dengan senang hati. Bank sampah juga bukan merupakan kegiatan jual beli sampah, melainkan pembayaran atas jasa seseorang yang telah merelakan waktunya tersita untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Indikasi bank sampah yang berhasil adalah pengurangan pada setiap hasil pengumpulan. Artinya, jika bulan ini pemilahan yang diberikan kepada bank mencapai 50%, maka bulan depan harus turun angkanya ke 40%. Pengolahan sampah memiliki beberapa target yang harus tercapai untuk mendapatkan indikasi berhasil. Target-target tersebut meliputi dilakukan mandiri untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, Indonesia hijau, dan menjadi berbagai macam produk. 

 

Umumnya sampah berasal dari rumah, lalu dikumpulkan ke depan rumah, lalu ke TPS, lalu ke TPA. Aliran sampah ini bukan merupakan penyelesaian masalah sampah yang baik. Penyelesaian masalah sampah harusnya dimulai dari rumah dengan gerakan 3R atau Reduce,Reuse,dan Recycle. Edukasi pemilahan sampah diawali dengan pembedaan warna pada tong sampah. Warna-warna pada tong sampah memiliki arti dan fungsi masing-masing contohnya merah untuk sampah B3, biru dan kuning untuk sampah anorganik, hijau untuk sampah organik  dan warna abu-abu untuk sampah residu. 

Prosedur  pemilahan sampah : 

  1. Pilah menjadi 3 bagian, sisa makanan,material daur ulang (dibedakan menjadi 4 yaitu: logam,kaca,kertas, dan plastik), dan residu  pada wadah yang memiliki tutup dan tidak bocor.

sumber: presentasi Bu Wilda Yanti

2. Wadah sampah yang telah terpilih

sumber: presentasi Bu Wilda Yanti

3. Pengelompokan sampah

4. Pengangkutan sampah

Kunci keberlanjutan dalam pengelolaan sampah yaitu:

  1. Memiliki kelompok atau lembaga beserta struktur organisasi dan mengarah kemana kelompok yang sudah didirikan tersebut. 
  2. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat utamanya masyarakat sekitar setelah memulai maka perlu aspek hukum dengan gerakan kecil baik pada lingkungan rumah tangga, rukun tetangga atau rukun warga. 
  3. Adana pendanaan menjadi aspek yang perlu dilakukan berikutnya jika pengelolaan sampah yang direncanakan dilakukan secara berkelanjutan. 
  4. Teknologi menjadi bagian yang harus dilakukan pada tahapan selanjutnya jika aspek-aspek sebelumnya sudah terlaksana dengan baik dan yang terakhir adalah aspek pemasaran. Layak jual,layak pakai dan berstandar menjadi kunci dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan Circular Economy

Kampoeng Recycle dan TPST

Narasumber kedua yaitu bapak M. Musta’anul Khusni yang berasal dari Imaji Socialpreneur dengan tema Membangun Indonesia dengan Sampah: Sampah Aja Diperhatiin Apalagi kamu. Penjelasannya dimulai dengan perkenalan mengenai gerakan Kampoeng Recycle, di mana gerakan ini berada dibawah naungan Imaji Socialpreneur. Penjelasan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kekayaan alam indonesia yang menjelaskan mengenai kekayaan Indonesia yang begitu melimpah. 

 

Sumber: Presentasi Pak Musta’anul Khusni

Menurut Bapak Musta’anul Khusni, sampah di Indonesia menurut data yang ada tercatat 69 juta ton merupakan sampah organik, dan 1,2 juta ton sampah plastik. Sebanyak 1,9 Juta ton sampah berakhir ke laut. Sebanyak 40 juta ton sampah dikelola oleh instansi pemerintah yang memiliki kewenangan. Pembangunan sebuah sistem harus dilakukan berdasarkan beberapa aspek yang dikemas dalam sebuah misi yang disebut perubahan. Perubahan ini menurut anggota Kampoeng Recycle dapat dicapai dengan baik jika menggunakan 3 Trilogi. Trilogi ini yaitu: 

  1. Eco-Literacy
  2. Eco-Structure
  3. Eco-Preneur

Eco-Literacy bertujuan untuk menyentuh masyarakat dengan jalur edukasi mengenai dunia persampahan. Eco-literacy dimaksudkan agar masyarakat bisa mengetahui mengenai sampah yang meliputi dampak, pemilahan dan bagaimana alur timbulnya sampah. Kegiatan ini bisa dicapai dengan beberapa kegiatan seperti sosialisasi dan workshop dengan sasaran masyarakat dan teman-teman akademisi yang berpotensi untuk menjadi target dalam penyebarluasan kesadaran penanganan sampah.

Sumber: Presentasi Pak Musta’anul Khusni

Eco-structure bertujuan untuk memberikan sudut pandang lain terhadap suatu pembangunan yang mempertimbangkan kehidupan makhluk hidup yang lain. Eco-structure banyak mendapat hambatan utamanya dalam hal perizinan,tempat, dan alokasi lahan. Hambatan ini berasal dari pertimbangan dampak yang akan muncul dari proses pengolahan sampah seperti dari bau dan kemungkinan penumpukan sampah yang mengganggu estetika lingkungan. 

Kegiatan sosial tidak serta merta hanya mempertimbangkan aktivitas lingkungannya saja namun juga mempertimbangkan bagaimana keberlanjutan kegiatan. Keberlanjutan kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjang perekonomian masyarakat yang ikut serta dalam pengelolaan sampah. Tantangan dalam kegiatan ini adalah dengan adanya masyarakat dengan kelas ekonomi menengah kebawah, yang sebagian dari mereka masih memperhitungkan impact terhadap kehidupan mereka, seperti adanya ganti rugi akan keikutsertaan mereka  dalam proses pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah. 

Komunitas ini memiliki harapan yang akan diusahakan segera terealisasi di Jember, Banyuwangi, dan Bondowoso. Harapan itu adalah adanya Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan Urban Mining. TPST adalah sarana pengelolaan sampah komunal terintegrasi. Hal ini menjadikan TPA yang disediakan pemerintah tidak lagi menjadi satu-satunya sarana pengolahan sampah. TPST diharapkan dapat mengurangi tumpukan sampah yang memulai membludak pada setiap kawasan. 

Kabupaten Jember direncanakan akan segera memiliki  TPST pertama yang tepatnya berada di Desa Wuluhan. TPST ini direncanakan dilengkapi dilengkapi bank sampah, pengolahan sampah organik dan pemilihannya. Pembangunan TPST ini masih terkendala karena adanya pandemi Covid-19, sehingga operasional berhenti total karena adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Imbas dari berhentinya operasional ini adalah penumpukan sampah yang tak terkendali maka dari itu dari Imaji Sociopreneur memiliki gagasan baru yang telah diterapkan yaitu Bank Sampah dari Rumah.

Harapan kedua yaitu Urban Mining atau jasa pengelola sampah komunal masyarakat. Konsep ini berbicara mengenai penangan sampah pada suatu kawasan, gagasan yang dapat dilakukan adalah membangun sebuah kerja sama dengan instansi perumahan agar dalam suatu kawasan perumahan diberikan fasilitas tong sampah terpilah yang berada di beberapa titik.

*Penulis: Rifda Ayu Putri
Editor : Abdur Rohman

Posted on: November 9, 2020, by :